Dari mana pun posisi Valenetino Rossi, dia tetap kebut-kebutan. Balap baginya adalah atraksi, kalau perlu jadi sirkus. Bedanya, sirkus bisa ditebak arah hiburannya. Di balap, tidak ada yang bisa tebak jalannya lomba. Kecuali, tim order.
Aktraksi berarti tontonan wajib. Panitia balap alias promotor - di MotoGP dipegang Dorna - menjual aktraksi. Bagi Dorna, atraksi semacam industri. Secara kebetulan dekade ini muncul Rossi wajib sebagai aktor layak dijual. Balap laku, karena itu.
Era Michael Doohan, penonton sempat krisis. Rata-rata pengunjung langsung ke sirkuit Eropa cuma 60.000. Bahkan di Malaysia, pernah hanya 10.000 penonton. Era Rossi di Eropa melonjak 100 persen. Dan di Malaysia sendiri, rata-rata 60.000 penonton.
Tanpa begitu, balap kering kerontang. Balapan sendiri-sendiri, tanpa aksi susul. Yang di depan, di depan. Yang ke-2, ya, ke-2 saja sampai finish. Eh, yang benar salip-salipan atau salib-saliban? Ah, terserah yang enak diucapkan saja. Demokratis kok...
Rossi tidak sembarangan dijuluki The Doctor. Dia memang doktornya balap motor. Nanti, kalau dia pensiun sebut saja The Profesor. Dia banyak menciptakan teknik membalap lewat adegan nyata.
Kompetisi dan hiburan dijalankan bersamaan oleh Rossi. “Rossi pembalap besar. Dia kreatif,” kata Lin Jarvis, Direktur Yamaha Team ketika ke Indonesia.
Seri 16 Iveco Australian Grand Prix MotoGP di sirkuit Phillip Island, Australia, Rossi kembali sosok penghibur. Memang tidak berebut podium pertama. Hanya ‘becanda’ dengan Nicky Hayden untuk ke-3. “Podium ke-3 sejak start dari posisi 8, adalah prestasi. Apalagi melawan Nicky (Nicky Hayden),” kata Rossi sembari mengabarkan diizinkan Yamaha mengetes Ducati setelah seri Valencia.
Nicky Hayden sendiri petik hikmahnya atas kekalahan dari Rossi. Baginya, Rossi pemain sulit dipatahkan, walau finish telah di depan mata. “Dia kembali ambil alih posisi tiga, setelah dilewati. Lomba yang enak dinikamti. Tapi kurang keren, karena gagal podium,” timpal Hayden yang berharap dua Ducati podium di Australia ini.
Tiga seri ke belakang, seperti melihat Rossi menyulap penonton. Tepatnya, menghipnotis yang sedang marak di Indonesia. TKI pun dikibuli lewat hipnotis, karena ekonomi. Bedanya, Rossi menghipnotis lewat keterampilan balap.
Kira-kira seperti pesan. Rossi masih ada dan penghibur tanpa tanding di jagad balap motor. Pesan lainnya, pake motor apa pun, tetap jadi penghibur. Termasuk naik Ducati 2011, kaleee. Kecuali geber bebek... he...he...
Di sirkuit Motegi, Jepang, Rossi sengaja mengajak Jorge Lorenzo duel. Kali ini, Lorenzo mengatakan balapan yang berlebihan. Tapi, bagi penonton, itu enak disimak. Tontonan yang menarik.
Di Sepang tercecer dari urutan 11, hanya 10 lap telah sodok-sodokan dengan Adrea Dovizioso berebut podium pertama. Dari 10 pembalap yang dilewatinya, semua memakai manuver.
Yu, bayangkan, di MotoGP saat ini ada empat juara juara dunia MotoGP. Yakni, Rossi sendiri, Casey Stoner, Hayden dan kemarin, Lorenzo dinobatkan pemakai mahkota 2010. Berarti, ada tiga juara dunia dipencundanginya.
Sejak cedera bahu dan patah kaki nyaris bersamaan, dunia sanksi akan kehebatan Rossi. Apalagi patah kaki, cedera paling berat dalam karirnya. Pasti akan mengalami trauma hebat.
Foto : FIAT Yamaha Team
No comments:
Post a Comment