Mesin Pencari

Artikel lainnya

Saturday, May 15, 2010

Menjadi Orang Tabah

Menjadi Orang Tabah
JAKARTA, KOMPAS.com - Siapa pun kita, tidak ada yang bebas dari tekanan hidup atau stres. Bagaimana kita menyikapi atau merespon stres, ternyata sangat membedakan kita satu sama lain.
Ada orang yang mudah mengeluh dan mudah menyerah dalam menghadapi tekanan hidup. Ada pula yang begitu tegar, optimistis, dan memandang tekanan hidup sebagai tantangan yang dapat dihadapi. Perbedaan ini dapat disebut perbedaan dalam ketabahan menghadapi stres. Ketabahan hati ternyata memiliki manfaat yang sangat besar bagi kesehatan fisik dan mental kita.
Ketabahan hati, keteguhan hati, atau hardiness, merupakan topik yang jarang dibicarakan dalam psikologi. Untunglah, hal tersebut masih menjadi perhatian sebagian kalangan psikologi, sehingga kita dapat memanfaatkan pengetahuan mengenai ketabahan hati untuk keperluan praktis dalam menghadapi persoalan hidup.
Dalam uraian ini kita akan menemukan pengertian, komponen-komponen, dan manfaat dari ketabahan hati.
Pengertian Kobasa dkk. dalam Journal of Personality and Social Psychology (1982) menjelaskan ketabahan hati sebagai suatu konstelasi karakteristik kepribadian yang berfungsi sebagai sumber daya untuk menghadapi peristiwa-peristiwa hidup yang menimbulkan stres.
Tokoh lain, Cotton (1990), lebih jelas lagi mengartikan ketabahan hati sebagai komitmen yang kuat terhadap diri sendiri, sehingga dapat menciptakan tingkah laku yang aktif terhadap lingkungan dan perasaan bermakna yang menetralkan efek negatif stres.
Sementara Quick dkk. (1997) menyatakan ketabahan hati sebagai konstruksi kepribadian yang merefleksikan sebuah orientasi yang lebih optimistis terhadap hal-hal yang menyebabkan stres. Ini sesuai dengan pendapat Kobasa yang melihat ketabahan hati sebagai kecenderungan untuk mempersepsikan atau memandang peristiwa-peristiwa hidup yang potensial mendatangkan stres sebagai sesuatu yang tidak terlalu mengancam.
Orang yang memiliki ketabahan hati memiliki keberanian berkonfrontasi terhadap perubahan atau perbedaan dan menarik hikmah dari keadaan tersebut (Foster & Dion, 2004).
Nah, apa yang dapat Anda simpulkan mengenai ketabahan hati berdasarkan berbagai penjelasan tadi?
Komponen Komponen atau aspek apa saja yang terdapat dalam ketabahan hati? Pengetahuan mengenai hal ini memberikan kejelasan kepada kita untuk dapat mewujudkan ketabahan dalam hidup kita.
Franken dalam bukunya Human Motivation (2002) menjelaskan adanya tiga komponen di dalam ketabahan hati. Ketiga komponen itu adalah:
1.    Kontrol Komponen ini berisi keyakinan bahwa individu dapat memengaruhi atau mengendalikan apa saja yang terjadi dalam hidupnya. Individu percaya bahwa dirinya dapat menentukan terjadinya sesuatu dalam hidupnya, sehingga tidak mudah menyerah ketika sedang berada dalam keadaan tertekan.
Individu dengan  ketabahan hati yang tinggi memiliki pandangan bahwa semua kejadian dalam lingkungan dapat ditangani oleh dirinya sendiri dan ia bertanggung jawab terhadap apa yang harus dilakukan sebagai respon terhadap stres. Seorang tokoh, DuDell, menjabarkan komponen ini menjadi empat, yaitu: (a) kerelaan dan keterampilan untuk membuat keputusan yang baik; (b) perasaan otonomi diri dan perasaan adanya suatu pilihan yang dapat diambil; (c) kemampuan untuk melihat peristiwa yang menyebabkan stres sebagai suatu bagian dari kehidupan; (d) motivasi untuk berprestasi sesuai dengan tujuan.
2.    Komitmen Komponen ini berisi keyakinan bahwa hidup itu bermakna dan memiliki tujuan. Individu juga berkeyakinan teguh pada dirinya sendiri walau apa pun yang akan terjadi.
Individu dengan ketabahan hati yang tinggi percaya akan nilai-nilai kebenaran, kepentingan dan nilai-nilai yang menarik tentang siapakah dirinya dan apa yang mampu ia lakukan. Selain itu, individu dengan ketabahan hati yang tinggi juga percaya bahwa perubahan akan membantu dirinya berkembang dan mendapatkan kebijaksanaan serta belajar banyak dari pengalaman yang telah didapat. DuDell menjabarkan komponen ini menjadi empat, yaitu: (a) ketertarikan dan keingintahuan tentang hidup; (b) keyakinan dan ketahanan diri; (c) kerelaan untuk mencari bantuan dan dukungan sosial; (d) kemampuan mengenali nilai-nilai pribadinya yang unik dan tujuannya sendiri.
3.    Tantangan Komponen ini berupa pengertian bahwa hal-hal yang sulit dilakukan atau diwujudkan adalah sesuatu yang umum terjadi dalam kehidupan, yang pada akhirnya akan datang kesempatan untuk melakukan dan mewujudkan hal tersebut.
Dengan demikian individu akan secara ikhlas bersedia terlibat dalam segala perubahan dan melakukan segala aktivitas baru untuk bisa lebih maju. Individu seperti ini biasanya menilai perubahan sebagai sesuatu yang menyenangkan dan menantang daripada sesuatu yang sifatnya mengancam. Dengan pandangan yang terbuka dan fleksibel, tantangan dapat dipandang sebagai bagian tak terpisahkan dari kehidupan dan harus dihadapi. Bahkan, tantangan dilihat sebagai kesempatan untuk belajar lebih banyak.
DuDell menjabarkan komponen ini menjadi empat, yaitu: (a) pendekatan yang fleksibel terhadap orang lain dan kondisi-kondisi tertentu; (b) memandang segala sesuatu secara positif dan optimis; (c) kerelaan untuk mengambil risiko yang membangun; (d) penghargaan serta penerimaan atas keunikan diri sendiri sebagai suatu berkah.
Tidak Mudah Jatuh Sakit Orang yang tabah dapat memetik beberapa manfaat bagi dirinya. Wahyu Rahardjo dalam laporan penelitiannya mengenai ketabahan hati (2005) merangkum dari berbagai literatur, dan menuliskan adanya tujuh fungsi ketabahan hati ini.
1.    Membantu dalam proses adaptasi Individu dengan ketabahan yang tinggi akan sangat terbantu dalam melakukan proses adaptasi terhadap hal-hal baru, sehingga stres yang ditimbulkan tidak banyak. Sebuah penelitian membuktikan bahwa etnis Cina Kanada yang tinggal di Toronto, yang memiliki ketabahan hati lebih tinggi, lebih mudah beradaptasi dan mengurangi efek kecemasan serta tetap memiliki harga diri yang tinggi ketika mengalami diskriminasi. Sebuah penelitian lain memiliki hasil yang senada, menunjukkan bahwa ketabahan hati dapat membantu penyesuaian diri remaja pria yang melakukan wajib militer.
2.    Lebih memiliki toleransi terhadap frustrasi Sebuah penelitian terhadap dua kelompok mahasiswa, yaitu kelompok yang memiliki ketabahan hati tinggi dan yang rendah, menunjukkan bahwa mereka yang memiliki ketabahan hati tinggi menunjukkan tingkat frustrasi yang lebih rendah dibanding mereka yang ketabahan hatinya rendah.
Senada dengan hasil penelitian itu, penelitian lain menyimpulkan bahwa ketabahan hati dapat membantu mahasiswa untuk tidak berpikir akan melakukan bunuh diri ketika sedang stres dan putus asa.
3.    Mengurangi akibat buruk dari stres Kobasa yang banyak meneliti ketabahan hati menyebutkan bahwa ketabahan hati sangat efektif berperan ketika terjadi periode stres dalam kehidupan seseorang. Demikian pula pernyataan beberapa tokoh lain. Hal ini dapat terjadi karena mereka tidak terlalu menganggap stres sebagai suatu ancaman.
4.    Mengurangi kemungkinan terjadinya burnout Burnout, yaitu situasi kehilangan kontrol pribadi karena terlalu besarnya tekanan pekerjaan terhadap diri, sangat rentan dialami oleh pekerja-pekerja emergency seperti perawat dsb. yang memiliki beban kerja tinggi. Untuk individu yang memiliki beban kerja tinggi, ketabahan hati sangat dibutuhkan untuk mengurangi burnout yang sangat mungkin timbul. Sebuah penelitian memberikan hasil yang sesuai dengan pernyataan itu, yaitu perawat yang memiliki ketabahan hati tinggi, ternyata lebih sulit mengalami burnout dibanding perawat yang ketabahan hatinya rendah.
5.    Mengurangi penilaian negatif terhadap suatu kejadian atau keadaan yang dirasa mengancam dan meningkatkan pengharapan untuk melakukan coping yang berhasil Coping adalah penyesuaian secara kognitif dan perilaku menuju keadaan yang lebih baik, bertoleransi terhadap tuntutan internal dan eksternal yang terdapat dalam situasi stres. Ketabahan hati membuat individu dapat melakukan coping yang cocok dengan masalah yang sedang dihadapi. Individu dengan ketabahan hati tinggi cenderung memandang situasi yang menyebabkan stres sebagai hal positif, dan karena itu mereka dapat lebih jernih dalam menentukan coping yang sesuai.
Pernyataan dari Schult & Schult (1994) tersebut didukung oleh sebuah penelitian terhadap perawat yang menunjukkan bahwa mereka yang memiliki ketabahan hati tinggi lebih baik dalam memilih coping yang sesuai dengan masalah yang dihadapi.
6.    Lebih sulit untuk jatuh sakit yang biasanya disebabkan oleh stres Ketabahan hati dapat menjaga individu untuk tetap sehat walaupun mengalami kejadian-kejadian yang penuh stres (Smet, 1994). Karena lebih tahan terhadap stres, individu juga akan lebih sehat dan tidak mudah jatuh sakit karena caranya menghadapi stres lebih baik dibanding individu yang ketabahan hatinya rendah (Cooper dkk, 1998).
7.    Membantu individu untuk melihat kesempatan lebih jernih sebagai suatu latihan untuk mengambil keputusan. Kobasa & Pucetti (1983) menyatakan bahwa ketabahan hati dapat membantu individu untuk melihat kesempatan lebih jernih sebagai suatu latihan untuk mengambil keputusan, baik dalam keadaan stres ataupun tidak. @ M.M Nilam Widyarini M.Si Kandidat Doktor Psikologi

No comments:

Post a Comment

Recomendasi

Artikel terbaru

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------

BUKU TAMU


ShoutMix chat widget